Sabtu, 26 Januari 2013

Dibalik Goresan !




Menulis adalah aktivitas menuangkan ide  dalam sebuah tulisan. Menulis juga diartikan merangkai kata demi kata sehingga menjadi kalimat atas ide apa yang kita pikirakan. Pengejawatan pikiran menembus ide dasar dalam sebuah tulisan bisa juga dimaknai sebuah pokok dari menulis.
Motivasi menulis saya sederhana. Terlepas orang lain membaca atau tidak, menulis merupakan metode pendokumentasian sebuah kejadian serta isi kepala yang terkandung saat menulis. Baik dalam bentuk pengetahuan, pengalaman, perasaan, keinginan, kekesalan, ajakan, atau apapun yang sedang terjadi pada diri kita.
Menulis  ,salah satu caraku untuk mengungkapkan sesuatu hal melalui secarik tulisan. Tentunya berbeda ketika lisan yang berucap dengan kata yang mewakili lisan dalam sebuah pikiran. Tulisan akan kekal jika disimpan oleh pembacanya sedangkan lisan seketika akan hilang begitu saja ketika kata itu diucapkan.
Untuk mendapatkan tulisan yang layak dan mau dibaca orang tentunya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Perlu practice ,repetition dan habits. Menulis bukan hanya sekadar bisa menulis. Menulis adalah sampai kita bisa meletakkan jiwa dalam setiap kata-kata yang kita tuliskan. Tidak mudah, bukan? Jadi hingga detik ini saya terus berusaha mengasah pemikiran melalui tulisan.
Ini yang menjadi motivasi saya untuk menulis.Beberapa orang menganggap penting sebuah tulisan yang dihasilkan
para penulis. Selain Napoleon Bonaparte yang mengatakan bahwa dirinya lebih merasa takut terhadap 1 orang penulis ketimbang 1000 orang tentara, juga Heinrich Boll, seorang penulis asal Jerman yang pernah meraih Hadiah Nobel Sastra pada 1972 juga berkomentar: “Di belakang tiap kata berdiri suatu dunia, tiap orang yang menggunakan kata harus
menyadari bahwa ia mengguncang dunia”. Nadine Gordimer, sastrawan asal Afrika Selatan juga punya pendapat, “Pada mulanya adalah kata, tetapi kemudian menjadi senjata”. KH M Isa Anshary, seorang tokoh pergerakan Islam di Indonesia menuliskan: “Revolusi-revolusi besar di dunia selalu didahului oleh jejak pena dari seorang pengarang. Pena pengarang mencetuskan suatu ide dan cita, menjadi bahan pemikiran pedoman berjuang”
Jejak  yang saya tapaki saat ini, menulis bukan sekedar memenuhi isi diary  tapi saya berkeinginan menjadi penulis. Penulis ideologi yang menjadi sebuah cita-cita. Saya  ingin menulis agar orang tercerahkan dengan tulisan yang saya buat. Sesuai dengan implementasi tujuan hidupku saat ini bukan hanya Dakwah bil lisan tapi juga Dakwah bil qollam.  Saya ingin menjadi motivasi bagi orang lain.Walaupun saya masih penulis pemula bahkan amatir J, masih banyak terdapat kekurangan disana sini tapi saya berusaha untuk melayakkan diri menjadi seorang penulis.

Salam penulis !
^__________________^

CINTA DARI RAIHAN





Jejak langkahku terhenti disini. Sebuah pencarian menuangkan ilmu selama  4 tahun. Homeshooling Khoiru Ummah. Sebuah sekolah yang bertaraf islam dengan menjadikan  akidah islam sebagai kurikulum. Ditanamkan nilai islam dalam proses belajar mengajar, mulai dari kurikulum, tingkah laku, sampai aturan dalam seragam sekolah pun berdasarkan standar islam. Sekolah ini menjadi perintis sekolah bertaraf islam kaffah di kotaku. Tentunya salah seorang syabah yang memanagement sekolah yang berpusat di Bogor ini.
Subhanaallah, saya kagum dengan sekolah ini, pertama kali masuk saya sudah disambut senyum,salam para siswa-siswa. Kesan pertama ini rumah apa sekolah? Saya baru sadar ini homeschooling bukan sekolah formas. Jadi suasanya akrab kayak dirumah tapi tentu masih mencerminkan sekolah dengan terdapat kelas-kelas yang terpisah.
Miris ketika kita berada pada sekolah formal lainnya yang menerapakan islam hanya pada mata pelajar agama saja itupun dipelajari hanya 2 jam dalam 1 minggu, tapi disini diterapkan seluruh mata pelajaran dengan selalu mengkaitkan nilai tsaqofah islam.
Saya tertantang dengan pengalaman baru ini. Niatnya saya ingin melamar menjadi salah satu pengajar sesuai ijazah saya  yaitu skill saya mengajar  Bahasa Inggris. Disayangkan pada saat itu  guru  pelajaran bahasa inggris  sudah ada. Jadi lowongan untuk saya yang masih kosong yaitu pengajar ABK.
“ mengajar ABK”
Saya sempat shock. “saya belum punya pengalaman bu untuk mengajar anak ABK”. Jelas ku dengan Ibu kepsek pada saat itu.
ABK (Anak berkebutuhan khusus) yaitu anak yang mempunyai salah satu kecacatan mental dalam dirinya. Di sekolah ini selain anak normal juga terdapat anak dengan kepribadian khusus. Ada anak yang  dengan kepribadian autis  ,hiperaktif, dan tunarungu. Anak yang akan diamanahin dengan ku seorang anak autis dan juga epilepsi. Karena dalam islam seorang anak itu wajib menuntut ilmu dan diberlakukan secara adil tanpa alasan diskriminasi.
‘MENUNTUT ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN, WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR”

“dicoba dulu bu, pasti ibu bisa yang penting disini melatih kesabaran kita. Yang menjadi target dalam pengajaran ABK yaitu kepercayaan diri dari seorang anak terhadap lingkungannya, kemandirian, tidak terlalu dituntuk akademik. Karena anak ABK memang perlu kebutuhan khusus. Menjadi ujian seorang guru dalam menghadapi anak-anak seperti ini bu. Tentunya  insya Allah akan menjadi amal jarriyah bagi ibu ketika ibu sabar dan telaten mendidik anak ini. Beda lho bu pahala mengajar anak normal dengan ABK” jelas kepala sekolah dengan penuh meyakiniku bahwa aku akan mampu.
“saya khawatir saya tidak bisa menjalankannya dengan baik bu, jika ibu berkenan saya sebaiknya mengajar siswa yang normal dulu?”
“ibu Nita, saya mengerti kekhawatiran ibu. Tapi bagaimana kita tahu kalo air itu manis/pahit jika tak kita  cicipi, jadi begitupun dalam mengajar  kita tak akan tahu kita mampu atau tidak kalau tidak dicoba terlebih dahulu. Saya yakin ibu bisa”. Sembari tersenyum ibu kepala sekolah memberikan wejangan kepada ku.
“ Ya Allah... sungguh ini tantangan besar untuk ku. Aku takut ya Rabb aku tak mampu melewati ini. Disamping itu juga aku percaya dengan kata-kata cinta dariMu, Allah tak akan membebani suatu kaum sesuai dengan kemampuan kaum itu sendiri. Bismillah.
Setelah aku memutuskan ambil pekerjaan  itu aku cerita dengan mbak ku dan sohib ku ,Cici.
“ci aku diterima dihomeschooling lho”
“wah alhamdulillah. Selamat yah Ta. Ngajar B.inggris kan dirimu?”
“hmmm... enggak ci, aku enggak pegang mata pelajaran, tapi...” ku pikir dia akn shock ^^
“apa ta,, staff administrasinya yah?”
“buka juga”
“jadi apa....jangan bikin penasaran dong. Apa penjaga sekolahnya. Hehe” ledeknya enggak mau kalah.
“enak aja lho bilang Ci, kuliah 4 tahun penjaga sekolah? Apa kata dunia. Tahu enggak aku menerima tawaran ngajar anak ABK”
“hah... serius lho Ta? Aku enggak yakin anak manja kayak kamu mau ngajar anak kayak gitu. Udah kamu pikirin masak-masak apa?”
“yah udah dipikir lah Ci. Bukan masak lagi malah dah jadi bubur. Hehe (nasi kali). Aku pikir ini tantangan dari Allah untuk mengajari ku  lebih bersabar menghadapi anak-anak. Aku kan suka hal baru, yang belum pernah dicoba. Ngajar anak normal kan udah  biasa, nah ngajar anak ABK tantangan luar biasa, nah ini mesti ku coba apa rasanya”
“tapi  ngajar kan bukan suatu hal untuk coba-coba. Kamu harus punya amunisi yang hebat untuk menaklukan dan mendidik anak itu bukan hanya modal sabar aja non”
“iya..iya lah. Aku sudah browsing bagaimana menghadapi dan menaklukan anak yang nanti ku pegang. Pokoknya doakan yah semoga sahabatmu ini berhasil “
“oke Sayang”^_____^
~~
Raihan ,anak yang  Allah karuniakan  dengan fisik yang sempurna dengan muka yang  tampan, badan gemuk, matanya berbinar-binar serta alis yang tebal. Ketika proses kelahiran dia kekurangan oksigen. Dokter tak mengambil langkah cepat menyelamatkan kesehatan sang bayi dengan cara ceassar, tetap diusahakan dengan cara normal pada ibunya. Sehingga diakibatkan otak sebelah kanan mengalami ketidaknormalan  ibarat ‘jamuran’ yang menyebabkan  terjadi efek epilepsi. Alhmdulilah epilepsinya masih tingkat rendah. Terjadi   kambuh epilepsi  ketika Raihan tidur dan bangun tiba-tiba.
Efek penyakit ini pun menyebabkan kekebalan tubuhnya lemah. Misalnya, mudah sekali dihinggapi penyakit. ketika dia tertular flu dengan kakaknya sangat lama baru sembuh. Padahal sang ibu yang berprofesi sebagai guru PNS mengatakan juga sudah berbagai cara mencari obat herbal  di toko langsung maupun cara online. Tapi hasilnya masih nihil, manusia hanya bisa berusaha Allah yang Maha mengobati segala bentuk penyakit.
Ibu dan ayah nya pun rutin mengajak Raihan terapi berjalan karena baru berumur 4 tahun dia baru bisa berjalan dan sekarang sudah  berumur 6 tahun. Alhmdulilah setelah sekian lama teraphy mengalami sedikit perubahan.
Ortunya pun sangat berharap kesembuhan si bungsu akan seperti layaknya anak normal lainnya.
Kata dokter di salah satu RS ternama di kota Palembang yang menjadi dokter pribadi keluarganya, Raihan bisa sembuh total dengan cara operasi otak. Karena Raihan masih kecil ortunya pun belum sanggup untuk melakukan operasi. Tentunya operasi hanya akan ada 2 kemungkinan , berhasil dengan baik atau tidak sama sekali. Sehingga operasi akan dijalankan ketika Raihan sudah beranjak besar.
“Assalammualaikum wr wb Raihan...” sapaku ketika masuk istana mewah raihan.
Dia hanya cuek dengan pensil warna yang ia coret-coret di buku.
Berulangkali aku sapa dan ku dekati akhirnya dia mau merespon walaupun hanya senyuman simpul.
“Ya Rabb, begitu kasihan anak ini. Dia tak bisa menikmati kebersamaan dengan teman-temannya disekolah maupun saat-saat bermain. Dia hanya ditemani tv, ortu, kakak, pembantu dirumahnya saja setiap hari-harinya. Kemewahan harta sang ortu pun tak bisa menjamin kesembuhannya kelak.
“Raihan, sekarang ibu Nita yang akan mengajar Raihan yah..”
“.. ada hantu bu”
“ada hantu...”
Saya ingat cerita ibunya yang mengatakan bahwa dia mempunyai memori yang buruk ketika diasuh seorang baby sitter yang sering mengajak Raihan nonton film horror, hantu dan segala macamnya ketika masih kecil. Jadi kata-kata itu diekploitsi ketika dia sudah bisa bicara hingga saat ini.
“hantu  enggak ada sayang, adanya bu guru sama Raihan disini, coba lihat enggak ada kan hantu” aku meyakinkan anak itu ketika kata-kata hantu secara refleks keluar dari mulutnya.
Saya banyak belajar banyak hal, modal besar bagi seorang ibu bukan hanya melahirkan  saja, tapi lebih dari itu mendidik, merawat anak agar menjadi generasi-generasi khoirul ummah. Bukan malah sibuk bekerja dengan suatu mubah saja, padahal sang suami sudah lebih dari cukup menafkahi keluarga. Seharusnya seorang ibu harus fokus sebagai ummu waroba al bait.
“ibu...”
“Kenapa sayang”
“sini..”
Akupun mendekat wajah Raihan.
Raihan menarik kepala ku kemudian pelan-pelan dia mencium keningku.
Subhanallah... dia mulai menyadari sosok ku sebagai guru barunya. Mungkin kecupan itu tandanya nya dia  menyayangiku sebagai gurunya walaupun hingga saat itu aku baru 2 minggu mengajarinya.
Ya Allah semoga adek Raihan diberi kesabaran menjalani kehidupannya yang  luar biasa, tak seperti anak normal lainnya.

- 20 September 2012-

Konflik sosial dalam Jeratan Kapitalisme




Konflik sosial di Tanah Air menjadi satu deretan konflik diantara banyaknya konflik lain. Berbagai kasus  yang sepertinya sepela menjadi amukan masyarakat dan berakhir dengan permusuhan bahkan yang lebih tragis lagi pembunuhanpun terjadi dengan dalih dendam. Masyarakat Indonesia yang dulu dikenal dengan keramahtamahan dan kesopanannya, kini telah terkikis oleh kebengisan dan rasa egois yang tinggi.
Apa sebenarnya yang menjadi konflik masalah? Beberapa penyebab konflik, menurut Mendagri, seperti sengketa Pilkada, sengketa kewenangan, sengketa lahan, konflik SARA, konflik Ormas, konflik pada institusi pendidikan dan kesenjangan sosial.
Berdasarkan data yang dimiliki Kemdagri, jumlah konflik sosial tahun 2010 sebanyak 93 kasus. Kemudian menurun tahun 2011 menjadi 77 kasus. Namun,  tahun 2012 meningkat menjadi 89 kasus hingga akhir Agustus.
Akhir tahun 2012  ditutup dengan konflik tawuran mahasiswa yang berentetan ke tawuran pelajar bahkan anak SD pun sudah bisa meniru. Ini terjadi karena motif masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang baik-baik misalnya, karena faktor tersinggung, dendam yang sudah lama kemudian ada yang memotori akhirnya mengulang dendam masa lalu, karena iri dengan sekolah masing-masing dan akhirnya batu hantam pun tak bisa dicegah.
Begitupun dengan konflik Poso yang terjadi sejak tahun 2000 hingga kini masih terjadi. Masalah ini berawal dari pilkada Poso tahun 2000, unsur SARA, dan terjadilah bentrokan yang mengkristal menjadi Islam versus kristen.  kata Amris Hasan kepada detikcom, di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1/2006). Menurutnya kejadian demi kejadian di Poso ini dikarenakan cara penanganan tidak menyentuh akar persoalan, sehingga setiap satu kasus di atasi selalu muncul kasus lain. Yang ditangani bukan akarnya, bukan dalangnya, tapi hanya orang di lapangan yang ditangkap. Ini terjadi karena pemerintah belum menemukan apa yg menjadi akar masalah. Malah pemerintah mengirimkan densus 88 ke Poso yang terus menyudutkan islam bahkan tak sedikit  sasaran salah tangkap. Bahkan orang  tak tau apa-apa yang sedang sholat dan dalam majelis taklim langsung diadili, dipukul, ada yang disetrum, bahkan ada yang dihajar hingga pingsan dan tak sedikit nyawa yang tak berdosa melayang oleh ulah densus 88 yang dibentuk dengan dalih memberantas terorisme yakni global war on terrorism (GWOT). Padahal jelas program ini dibentuk Amerika dengan tujuan menghadang kebangkitan islam yang semakin ditakuti oleh barat.
Sayangnya penegakan hukum sampai sekarang belum tuntas sehingga menyisakan dendam kesumat dari semua pihak yang setiap saat bisa meledak. Jadi, biang keladinya ya pilkada demokrasi itulah yang memecah belah bangsa ini.
Apa yang menjadi persoalan? 
Yang menjadi pangkal persoalan konflik sosial ini adalah karena kita masih berada dibawah ketiak kapilatisme. Selama ideologi kapitalisme dengan sistem pemerintahan demokrasinya masih diterapkan selama itu pula masalah tidak kunjung usai, baik konflik di Indonesia maupun konflik di belahan dunia islam. Ibarat berada pada lingkaran setan yang tidak akan menemukan titik masalahnya jika akar masalah belum dicabut. Yang menjadi akar masalah sekarang terletak pada kesalahan sistem. Oleh karena itu bila kaum muslim ingin sungguh-sungguh keluar dari jeratan persoalan ini maka harus memilih sistem yang baik dan amanah. Sistem yang baik tak mungkin berasal dari manusia yang lemah, serba kekurangan,dan terbatas. Sistem yang baik tentunya dari yang Maha Terbaik  yaitu Syariah islam yang mempunyai aturan yang paripurna,  segala persoalan kehidupan ada didalamnya. Sehingga bisa dikatan  islam sebagai  rahmatanlilalamiin, rahmat bagi seluruh alam dan problem solving tiap permasalahan yang menjerat. Ketika islam kembali ditegakkan di muka bumi ini umat islam baru bisa dikatakan khoiru ummah.
“kamu adalah umat yang Terbaik yang dilahirkan untuk manusai, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran :110)

Konflik sosial dalam Jeratan Kapitalisme




Konflik sosial di Tanah Air menjadi satu deretan konflik diantara banyaknya konflik lain. Berbagai kasus  yang sepertinya sepela menjadi amukan masyarakat dan berakhir dengan permusuhan bahkan yang lebih tragis lagi pembunuhanpun terjadi dengan dalih dendam. Masyarakat Indonesia yang dulu dikenal dengan keramahtamahan dan kesopanannya, kini telah terkikis oleh kebengisan dan rasa egois yang tinggi.
Apa sebenarnya yang menjadi konflik masalah? Beberapa penyebab konflik, menurut Mendagri, seperti sengketa Pilkada, sengketa kewenangan, sengketa lahan, konflik SARA, konflik Ormas, konflik pada institusi pendidikan dan kesenjangan sosial.

Berdasarkan data yang dimiliki Kemdagri, jumlah konflik sosial tahun 2010 sebanyak 93 kasus. Kemudian menurun tahun 2011 menjadi 77 kasus. Namun,  tahun 2012 meningkat menjadi 89 kasus hingga akhir Agustus.

Akhir tahun 2012  ditutup dengan konflik tawuran mahasiswa yang berentetan ke tawuran pelajar bahkan anak SD pun sudah bisa meniru. Ini terjadi karena motif masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang baik-baik misalnya, karena faktor tersinggung, dendam yang sudah lama kemudian ada yang memotori akhirnya mengulang dendam masa lalu, karena iri dengan sekolah masing-masing dan akhirnya batu hantam pun tak bisa dicegah.

Begitupun dengan konflik Poso yang terjadi sejak tahun 2000 hingga kini masih terjadi. Masalah ini berawal dari pilkada Poso tahun 2000, unsur SARA, dan terjadilah bentrokan yang mengkristal menjadi Islam versus kristen.  kata Amris Hasan kepada detikcom, di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1/2006). Menurutnya kejadian demi kejadian di Poso ini dikarenakan cara penanganan tidak menyentuh akar persoalan, sehingga setiap satu kasus di atasi selalu muncul kasus lain. Yang ditangani bukan akarnya, bukan dalangnya, tapi hanya orang di lapangan yang ditangkap. Ini terjadi karena pemerintah belum menemukan apa yg menjadi akar masalah. Malah pemerintah mengirimkan densus 88 ke Poso yang terus menyudutkan islam bahkan tak sedikit  sasaran salah tangkap. Bahkan orang  tak tau apa-apa yang sedang sholat dan dalam majelis taklim langsung diadili, dipukul, ada yang disetrum, bahkan ada yang dihajar hingga pingsan dan tak sedikit nyawa yang tak berdosa melayang oleh ulah densus 88 yang dibentuk dengan dalih memberantas terorisme yakni global war on terrorism (GWOT). Padahal jelas program ini dibentuk Amerika dengan tujuan menghadang kebangkitan islam yang semakin ditakuti oleh barat.
Sayangnya penegakan hukum sampai sekarang belum tuntas sehingga menyisakan dendam kesumat dari semua pihak yang setiap saat bisa meledak. Jadi, biang keladinya ya pilkada demokrasi itulah yang memecah belah bangsa ini.

Apa yang menjadi pangkal persoalan?
Yang menjadi pangkal persoalan konflik sosial ini adalah karena kita masih berada dibawah ketiak kapilatisme. Selama ideologi kapitalisme dengan sistem pemerintahan demokrasinya masih diterapkan selama itu pula masalah tidak kunjung usai, baik konflik di Indonesia maupun konflik di belahan dunia islam. Ibarat berada pada lingkaran setan yang tidak akan menemukan titik masalahnya jika akar masalah belum dicabut. Yang menjadi akar masalah sekarang terletak pada kesalahan sistem. Oleh karena itu bila kaum muslim ingin sungguh-sungguh keluar dari jeratan persoalan ini maka harus memilih sistem yang baik dan amanah. Sistem yang baik tak mungkin berasal dari manusia yang lemah, serba kekurangan,dan terbatas. Sistem yang baik tentunya dari yang Maha Terbaik  yaitu Syariah islam yang mempunyai aturan yang paripurna,  segala persoalan kehidupan ada didalamnya. Sehingga bisa dikatan  islam sebagai  rahmatanlilalamiin, rahmat bagi seluruh alam dan problem solving tiap permasalahan yang menjerat. Ketika islam kembali ditegakkan di muka bumi ini umat islam baru bisa dikatakan khoiru ummah.
“kamu adalah umat yang Terbaik yang dilahirkan untuk manusai, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran :110)

Oleh : Nita Nopiyana