Apa
sebenarnya yang menjadi konflik masalah? Beberapa penyebab konflik, menurut
Mendagri, seperti sengketa Pilkada, sengketa kewenangan, sengketa lahan,
konflik SARA, konflik Ormas, konflik pada institusi pendidikan dan kesenjangan
sosial.
Berdasarkan
data yang dimiliki Kemdagri, jumlah konflik sosial tahun 2010 sebanyak 93
kasus. Kemudian menurun tahun 2011 menjadi 77 kasus. Namun, tahun 2012
meningkat menjadi 89 kasus hingga akhir Agustus.
Akhir tahun 2012 ditutup dengan konflik tawuran mahasiswa yang
berentetan ke tawuran pelajar bahkan anak SD pun sudah bisa meniru. Ini terjadi
karena motif masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang
baik-baik misalnya, karena faktor tersinggung, dendam yang sudah lama kemudian
ada yang memotori akhirnya mengulang dendam masa lalu, karena iri dengan
sekolah masing-masing dan akhirnya batu hantam pun tak bisa dicegah.
Begitupun dengan konflik Poso yang
terjadi sejak tahun 2000 hingga kini masih terjadi. Masalah ini berawal dari
pilkada Poso tahun 2000, unsur SARA, dan terjadilah bentrokan yang mengkristal
menjadi Islam versus kristen. kata Amris
Hasan kepada detikcom, di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu
(25/1/2006). Menurutnya kejadian demi kejadian di Poso ini dikarenakan cara
penanganan tidak menyentuh akar persoalan, sehingga setiap satu kasus di atasi
selalu muncul kasus lain. Yang ditangani bukan akarnya, bukan dalangnya, tapi
hanya orang di lapangan yang ditangkap. Ini terjadi karena pemerintah belum
menemukan apa yg menjadi akar masalah. Malah pemerintah mengirimkan densus 88 ke
Poso yang terus menyudutkan islam bahkan tak sedikit sasaran salah tangkap. Bahkan orang tak tau apa-apa yang sedang sholat dan dalam
majelis taklim langsung diadili, dipukul, ada yang disetrum, bahkan ada yang
dihajar hingga pingsan dan tak sedikit nyawa yang tak berdosa melayang oleh
ulah densus 88 yang dibentuk dengan dalih memberantas terorisme yakni global
war on terrorism (GWOT). Padahal jelas program ini dibentuk Amerika dengan
tujuan menghadang kebangkitan islam yang semakin ditakuti oleh barat.
Sayangnya
penegakan hukum sampai sekarang belum tuntas sehingga menyisakan dendam kesumat
dari semua pihak yang setiap saat bisa meledak. Jadi, biang keladinya ya
pilkada demokrasi itulah yang memecah belah bangsa ini.
Apa yang menjadi persoalan?
Yang menjadi pangkal persoalan
konflik sosial ini adalah karena kita masih berada dibawah ketiak kapilatisme.
Selama ideologi kapitalisme dengan sistem pemerintahan demokrasinya masih diterapkan
selama itu pula masalah tidak kunjung usai, baik konflik di Indonesia maupun
konflik di belahan dunia islam. Ibarat berada pada lingkaran setan yang tidak
akan menemukan titik masalahnya jika akar masalah belum dicabut. Yang menjadi
akar masalah sekarang terletak pada kesalahan sistem. Oleh karena itu bila kaum
muslim ingin sungguh-sungguh keluar dari jeratan persoalan ini maka harus
memilih sistem yang baik dan amanah. Sistem yang baik tak mungkin berasal dari
manusia yang lemah, serba kekurangan,dan terbatas. Sistem yang baik tentunya
dari yang Maha Terbaik yaitu Syariah
islam yang mempunyai aturan yang paripurna,
segala persoalan kehidupan ada didalamnya. Sehingga bisa dikatan islam sebagai rahmatanlilalamiin, rahmat bagi seluruh alam
dan problem solving tiap permasalahan
yang menjerat. Ketika islam kembali ditegakkan di muka bumi ini umat islam baru
bisa dikatakan khoiru ummah.
“kamu adalah umat yang Terbaik
yang dilahirkan untuk manusai, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada
yang mungkar dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran :110)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar