Jejak langkahku terhenti disini. Sebuah
pencarian menuangkan ilmu selama 4 tahun.
Homeshooling Khoiru Ummah. Sebuah sekolah yang bertaraf islam dengan menjadikan
akidah islam sebagai kurikulum. Ditanamkan
nilai islam dalam proses belajar mengajar, mulai dari kurikulum, tingkah laku,
sampai aturan dalam seragam sekolah pun berdasarkan standar islam. Sekolah ini
menjadi perintis sekolah bertaraf islam kaffah di kotaku. Tentunya salah
seorang syabah yang memanagement sekolah yang berpusat di Bogor ini.
Subhanaallah, saya kagum dengan
sekolah ini, pertama kali masuk saya sudah disambut senyum,salam para
siswa-siswa. Kesan pertama ini rumah apa sekolah? Saya baru sadar ini
homeschooling bukan sekolah formas. Jadi suasanya akrab kayak dirumah tapi
tentu masih mencerminkan sekolah dengan terdapat kelas-kelas yang terpisah.
Miris ketika kita berada pada
sekolah formal lainnya yang menerapakan islam hanya pada mata pelajar agama
saja itupun dipelajari hanya 2 jam dalam 1 minggu, tapi disini diterapkan
seluruh mata pelajaran dengan selalu mengkaitkan nilai tsaqofah islam.
Saya tertantang dengan pengalaman
baru ini. Niatnya saya ingin melamar menjadi salah satu pengajar sesuai ijazah saya yaitu skill saya mengajar Bahasa Inggris. Disayangkan pada saat
itu guru pelajaran bahasa inggris sudah ada. Jadi lowongan untuk saya yang masih
kosong yaitu pengajar ABK.
“ mengajar ABK”
Saya sempat shock. “saya belum
punya pengalaman bu untuk mengajar anak ABK”. Jelas ku dengan Ibu kepsek pada
saat itu.
ABK (Anak berkebutuhan khusus)
yaitu anak yang mempunyai salah satu kecacatan mental dalam dirinya. Di sekolah
ini selain anak normal juga terdapat anak dengan kepribadian khusus. Ada anak
yang dengan kepribadian autis ,hiperaktif, dan tunarungu. Anak yang akan
diamanahin dengan ku seorang anak autis dan juga epilepsi. Karena dalam islam
seorang anak itu wajib menuntut ilmu dan diberlakukan secara adil tanpa alasan
diskriminasi.
‘MENUNTUT
ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN,
WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR”
“dicoba dulu bu, pasti ibu bisa
yang penting disini melatih kesabaran kita. Yang menjadi target dalam
pengajaran ABK yaitu kepercayaan diri dari seorang anak terhadap lingkungannya,
kemandirian, tidak terlalu dituntuk akademik. Karena anak ABK memang perlu
kebutuhan khusus. Menjadi ujian seorang guru dalam menghadapi anak-anak seperti
ini bu. Tentunya insya Allah akan
menjadi amal jarriyah bagi ibu ketika ibu sabar dan telaten mendidik anak ini. Beda
lho bu pahala mengajar anak normal dengan ABK” jelas kepala sekolah dengan
penuh meyakiniku bahwa aku akan mampu.
“saya khawatir saya tidak bisa
menjalankannya dengan baik bu, jika ibu berkenan saya sebaiknya mengajar siswa
yang normal dulu?”
“ibu Nita, saya mengerti
kekhawatiran ibu. Tapi bagaimana kita tahu kalo air itu manis/pahit jika tak
kita cicipi, jadi begitupun dalam
mengajar kita tak akan tahu kita mampu
atau tidak kalau tidak dicoba terlebih dahulu. Saya yakin ibu bisa”. Sembari
tersenyum ibu kepala sekolah memberikan wejangan kepada ku.
“ Ya Allah... sungguh ini
tantangan besar untuk ku. Aku takut ya Rabb aku tak mampu melewati ini.
Disamping itu juga aku percaya dengan kata-kata cinta dariMu, Allah tak akan
membebani suatu kaum sesuai dengan kemampuan kaum itu sendiri. Bismillah.
Setelah aku memutuskan ambil
pekerjaan itu aku cerita dengan mbak ku
dan sohib ku ,Cici.
“ci aku diterima dihomeschooling
lho”
“wah alhamdulillah. Selamat yah
Ta. Ngajar B.inggris kan dirimu?”
“hmmm... enggak ci, aku enggak
pegang mata pelajaran, tapi...” ku pikir dia akn shock ^^
“apa ta,, staff administrasinya
yah?”
“buka juga”
“jadi apa....jangan bikin
penasaran dong. Apa penjaga sekolahnya. Hehe” ledeknya enggak mau kalah.
“enak aja lho bilang Ci, kuliah 4
tahun penjaga sekolah? Apa kata dunia. Tahu enggak aku menerima tawaran ngajar
anak ABK”
“hah... serius lho Ta? Aku enggak
yakin anak manja kayak kamu mau ngajar anak kayak gitu. Udah kamu pikirin
masak-masak apa?”
“yah udah dipikir lah Ci. Bukan
masak lagi malah dah jadi bubur. Hehe (nasi kali). Aku pikir ini tantangan dari
Allah untuk mengajari ku lebih bersabar
menghadapi anak-anak. Aku kan suka hal baru, yang belum pernah dicoba. Ngajar
anak normal kan udah biasa, nah ngajar
anak ABK tantangan luar biasa, nah ini mesti ku coba apa rasanya”
“tapi ngajar kan bukan suatu hal untuk coba-coba.
Kamu harus punya amunisi yang hebat untuk menaklukan dan mendidik anak itu
bukan hanya modal sabar aja non”
“iya..iya lah. Aku sudah browsing
bagaimana menghadapi dan menaklukan anak yang nanti ku pegang. Pokoknya doakan
yah semoga sahabatmu ini berhasil “
“oke Sayang”^_____^
~~
Raihan ,anak yang Allah karuniakan dengan fisik yang sempurna dengan muka
yang tampan, badan gemuk, matanya
berbinar-binar serta alis yang tebal. Ketika proses kelahiran dia kekurangan
oksigen. Dokter tak mengambil langkah cepat menyelamatkan kesehatan sang bayi
dengan cara ceassar, tetap diusahakan dengan cara normal pada ibunya. Sehingga
diakibatkan otak sebelah kanan mengalami ketidaknormalan ibarat ‘jamuran’ yang menyebabkan terjadi efek epilepsi. Alhmdulilah epilepsinya
masih tingkat rendah. Terjadi kambuh epilepsi
ketika Raihan tidur dan bangun
tiba-tiba.
Efek penyakit ini pun menyebabkan
kekebalan tubuhnya lemah. Misalnya, mudah sekali dihinggapi penyakit. ketika
dia tertular flu dengan kakaknya sangat lama baru sembuh. Padahal sang ibu yang
berprofesi sebagai guru PNS mengatakan juga sudah berbagai cara mencari obat
herbal di toko langsung maupun cara
online. Tapi hasilnya masih nihil, manusia hanya bisa berusaha Allah yang Maha
mengobati segala bentuk penyakit.
Ibu dan ayah nya pun rutin
mengajak Raihan terapi berjalan karena baru berumur 4 tahun dia baru bisa
berjalan dan sekarang sudah berumur 6
tahun. Alhmdulilah setelah sekian lama teraphy mengalami sedikit perubahan.
Ortunya pun sangat berharap
kesembuhan si bungsu akan seperti layaknya anak normal lainnya.
Kata dokter di salah satu RS
ternama di kota Palembang yang menjadi dokter pribadi keluarganya, Raihan bisa
sembuh total dengan cara operasi otak. Karena Raihan masih kecil ortunya pun
belum sanggup untuk melakukan operasi. Tentunya operasi hanya akan ada 2
kemungkinan , berhasil dengan baik atau tidak sama sekali. Sehingga operasi
akan dijalankan ketika Raihan sudah beranjak besar.
“Assalammualaikum wr wb
Raihan...” sapaku ketika masuk istana mewah raihan.
Dia hanya cuek dengan pensil
warna yang ia coret-coret di buku.
Berulangkali aku sapa dan ku
dekati akhirnya dia mau merespon walaupun hanya senyuman simpul.
“Ya Rabb, begitu kasihan anak
ini. Dia tak bisa menikmati kebersamaan dengan teman-temannya disekolah maupun
saat-saat bermain. Dia hanya ditemani tv, ortu, kakak, pembantu dirumahnya saja
setiap hari-harinya. Kemewahan harta sang ortu pun tak bisa menjamin
kesembuhannya kelak.
“Raihan, sekarang ibu Nita yang
akan mengajar Raihan yah..”
“.. ada hantu bu”
“ada hantu...”
Saya ingat cerita ibunya yang
mengatakan bahwa dia mempunyai memori yang buruk ketika diasuh seorang baby
sitter yang sering mengajak Raihan nonton film horror, hantu dan segala
macamnya ketika masih kecil. Jadi kata-kata itu diekploitsi ketika dia sudah
bisa bicara hingga saat ini.
“hantu enggak ada sayang, adanya bu guru sama Raihan
disini, coba lihat enggak ada kan hantu” aku meyakinkan anak itu ketika
kata-kata hantu secara refleks keluar dari mulutnya.
Saya banyak belajar banyak hal,
modal besar bagi seorang ibu bukan hanya melahirkan saja, tapi lebih dari itu mendidik, merawat
anak agar menjadi generasi-generasi khoirul ummah. Bukan malah sibuk bekerja
dengan suatu mubah saja, padahal sang suami sudah lebih dari cukup menafkahi
keluarga. Seharusnya seorang ibu harus fokus sebagai ummu waroba al bait.
“ibu...”
“Kenapa sayang”
“sini..”
Akupun mendekat wajah Raihan.
Raihan menarik kepala ku kemudian
pelan-pelan dia mencium keningku.
Subhanallah... dia mulai
menyadari sosok ku sebagai guru barunya. Mungkin kecupan itu tandanya nya dia menyayangiku sebagai gurunya walaupun hingga
saat itu aku baru 2 minggu mengajarinya.
Ya Allah semoga adek Raihan
diberi kesabaran menjalani kehidupannya yang luar biasa, tak seperti anak normal lainnya.
- 20 September 2012-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar