( By : Hikari_Illahi)
Satu tahun penindasan di Rohingya
Mendengar kata Rohingnya, pasti terngiang beberapa
kata-kata di otak kita seperti “muslim”, “minoritas”, “pembantaian”,
betul?
Myanmar, atau lebih dikenal dengan Burma ini memiliki
populasi estimasi kurang lebih 66 juta penduduk di tahun 2010. 89% diantaranya
memeluk agama Buddha, berikutnya 4% memeluk nasrani dan 4% berikutnya memeluk
Islam.
Satuk tahun berlalu sejak terjadinya kekerasan brutal
oleh etnis Budha terhadap kaum muslim di negara bagian Rakhine, Myanmar, kaum
perempuan dan anak-anak Rohingya masih terlunta-lunta, kelaparan,ketertindasan,
tak berdaya dan terus menerus hidup dalam ketakutan. Mereka adalah korban
kampanye sistematis pembantaian etnis yang kejam yang didukung oleh pemerintah
kejam Myanmar.
Siksaan yang mereka alami benar-benar mengerikan. Seluruh
desa telah dibakar. Dalam sebuah pembantaian, perempuan dan kanak-kanank dibacok
sampai mati dan tubuh mereka dibakar. Perkosaan sistematis juga telah digunakan
oleh pasukan keamanan Myanmar sebagai senjata penganiayaan kepada para
perempuan.
Puluhan ribu perempuan dan anak-anak Rohingya yang terusir
dari rumah mereka sendiri, sekarang mereka tinggal di kamp-kamp penampungan
kumuh yang lebih mirip penjara Myanmar dengan makanan dan perawatan medis yang
jauh dari kata layak dan memadai. Mereka tidak punya negara lagi, status
kewarganegaraan mereka tertolak dinegeri mereka sendiri oleh rezim kejam
Myanmar yang telah mencabut mereka atas hak kesehatan, perlindungan,
pendidikan,dan kebebasan. Di saat yang sama pula ,rezim laknatullah ini
memperlakukan mereka dengan kebijakan jahat kontrol populasi yang melarang
mereka memiliki lebih dari dua anak.
Sesungguhnya penindasn etnik Rohingya di Myanmar bukan
hanya isu kemanusiaan akan tetapi krisis politik yang memerlukan campur tangan
semua pihak. Akan tetapi tak ada satu pun organisasi dunia yang menoleh
kepada mereka. Mereka seakan-akan dibutakan oleh kekejaman yang sudah terjadi
satu tahun ini. Mereka pura-pura tuli dengan jeritan minta tolong para
anak-anak Rohingya yang dibunuh secara tidak manusiawi.
Ini membuktikan demokrasi yang dijunjung tinggi oleh
negara-negara didunia termasuk Myanmar telah gagal menjamin etnik dinafikan
sekian lama untuk melindungi wanita dan anak-anak muslim Rohingya. Kaum
minoritas muslim yang tinggal di negara lain akan merasakan hal yang sama yaitu
ketertindasan dan perlakuan kasar sedangkan minoritas di negara muslim mereka diperlakukan
sama tak ada perbedaan serta hak-hak mereka terjamin. Ini sungguh perbuatan
sangat diskriminasi kepada minoritas muslim.
Dikatakan, peralihan ke arah demokratisasi di Myanmar
ternyata pada hakikatnya bukan memunculkan proses demokratisasi yang tidak lagi
terpatahkan, melainkan rasisme terparah yang pernah disaksikan umat manusia,
dikatakan oleh seorang Cendikiawan Dr. Maung Zarni sebagai dosen tamu di
Perguruan Tinggi London School of Economics di Inggris.
Demokrasi yang
katanya meninggikan nilai HAM tidak akan berlaku untuk minoritas
dinegara-negara kufur, lihat saja di Xinjian, China, muslim yang ada disana
dilarang memakai fasilitas umum, contoh nya pada saat pengisian bensin, di Srilangka dan
India yang minoritas muslim juga mengalami penindasan oleh biksu-biksu yang ada disana,meraka melempari batu ke warga Muslim di jalanan.
Beberapa di antara mereka juga menghancurkan toko pakaian yang dikelola oleh
seorang warga Muslim.
Peran
dunia terhadap Rohingya
Meskipun dunia menyaksikan dengan jelas akan semua
kondisi yang mengerikan ini, baik PBB ,negara-negara demokratik barat, media
global ,opisisi demokratik Myanmar, dan bahkan banyak organisasi Hak Asasi Manusia
(HAM) dengan memalukan telah memilih
untuk mengabaikan pembantaian dan ketidakadilan ini, mereka lebih memilih untuk
melindungi dan mengejar kepentingan ekonomi dan politik mereka di Myanmar.
Mereka sama sekali tak menoleh apalagi bentuk kemanusiaan pun tak mereka
lakukan untuk membebaskan muslim Rohingya yang terus dibantai. Ini
memperlihatkan omong kosong demokrasi tentang hak asasi manusia yang dijunjung
tinggi demokrasi.
PBB sebagai organisasi global yang melindungi hak asasi
manusiapun telah gagal menyelesaiakan isu yang menyaksikan umat islam Rohingya
yang terus ditindas dan dibunuh. Mereka seolah-oleh bungkam dengan kejadian
yang tidak manusiawi ini.
Lantas bagaimana respon negara-negara muslim
yang lain?
Sementara negara muslim yang lain, mereka tak ada
perlawanan bahkan turut serta membantu muslim Rohingya, hati nurani mereka
sudah tertutup rapat, mereka mengabaikan wanita dan anak-anak Rohingya yang
meminta-minta perlindungan mereka. Hampir seluruh negara-negara menolak
orang-orang Rohingnya masuk kedalam wilayah mereka. Adapun yang mau menampung
mereka, akan tetapi tetap dalam kondisi mereka tak memiliki kewarganegaraan dan
tempat untuk berlindung yang layak. Mereka
hanya melakukan jalan dengan diplomatik yang tidak ada penyelesaiannya. Bahkan
pemerintah Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar didunia hanya menyayangkan apa yang dilakukan oleh pemerintah
Myanmar dengan kaum Budhanya terhadapa
muslim Rohingya.
Menurut fakta yang lebih ironis lagi bahkan
memalukan, dari data REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR mengatakan bahwa Kasus
pembantaian terhadap etnik Rohingya di Myanmar merupakan bentuk penindasan dan
pelanggaran hak asasi manusia yang sangat memalukan komunitas ASEAN. Ini
khususnya Indonesia yang kini dipercayai untuk mengetuainya.
"Seharusnya, Indonesia mampu menjalankan
fungsinya sebagai salah satu pendiri ASEAN untuk mendesak ASEAN dan PBB
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi etnik Rohingya di Myanmar," kata
Ketua Badan Perwakilan KNPI Malaysia, Sagir Alva, di Kuala Lumpur, Minggu.
Pemerintah
Indonesia seolah-olah bersikap terlihat tidak mau intervensi dalam kasus
Muslim Rohingya. Padahal jika di suatu negara, termasuk di kawasan Asia
Tenggara, terjadi tragedi kemanusiaan yang serius, pemerintah Indonesia selaku
Ketua ASEAN dapat mengintervensinya.
Indonesia minimal mendorong ASEAN mendesak
Myanmar menghentikan pembantaian Muslim Rohingya. Apalagi, ASEAN sudah memiliki
Komisi HAM yang telah berdiri sejak tiga tahun lalu. Tapi ini sama sekali tak
dilakukan karena pemerintah lebih takut dengan dampak ekonomi dan kerjasama
yang telah dilakukan dengan pemerintahan Myanmar.
Pemerintah-pemerintah muslim telah dibutakan oleh
nasionalisme. Hanya perbedaan letak
geografis dan disekat oleh nasionalisme seolah-olah
mereka tak ada hak untuk membantu saudara seakidah islam. mereka dibutakan nasionalisme yang telah
memecah belah dan mendehumanisasi kaum muslim, rezim ini telah menolak untuk
berlindung dimana masyarakat Rohingya dapat memenuhi kebutuhan mereka secara
bermartabat bahkan justru melihat mereka sebagai orang-orang dari bangsa asing
bukan sebagai saudara sekidah islam.
Nasionalisme menjadi akar masalah
Pada saat khilafah diruntuhkan oleh agen Inggris Mustafah
Kemal At tatuk tahun 1924 yang lalu wilayah negara muslim telah tekotak-kotak
menjadi 50 negara lebih dan disekat oleh nasionalisme menjadi perbedaan antar
negara muslim. Pemikiran mereka sudah sangat individualisme, mereka memikirkan
dan mempertahankan negara wilayah masing-masing dari pada menyatukan kembali
dengan negara muslim yang lain. Bahkan tak sedikit antar negara muslim saling
mengolok-olok dan saling bersengketa antar negara yang tak sedikit menyebabkan
kebencian antar saudara muslim sendiri.
Mereka seakan-akan lupa dengan hadis Muslim ,
“Perumpamaan orang-orang muslim dalam hal
kasih sayang dan tolong menolong yang terjalin antar mereka adalah laksana satu
tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit maka seluruh bagian tubuh akan
bereaksi, dengan tidak tidur dna demam. (HR.Muslim)
Perasaan satu tubuh itu sudah hilang karena sekat
nasionalisme yang menyebabkan mereka tak merasakan satu tubuh lagi. Kini tubuh
kaum muslim sudah terpotong-potong dengan paham ini. Mereka tak merasakan sedih
bahkan sakit ketika ada saudara muslim dinegara belahan sana yang sedang dalam
cengkraman para laknatullah, Palestina yang sudah berpuluh tahun dalam
kungkungan Israel, Suria yang sudah dua tahun lebih mengalami revolusi dan tak
sedikit perempuan Suriah di perkosa oleh para tentara Basyar Assad, kini Rohingya
yang sudah satu tahun dalam keadaan tak punya kewarganegaraan dan
hidup dalam ketertindasan, serta negara-negara muslim dibelahan dunia sana juga
mengalami hal serupa. Negara muslim lain tak mau ikut campur dengan negara lain
yang sedang bergejolak. Mereka lebih menjaga negara mereka sendiri. Inilah yang terjadi dengan muslim dewasa ini.
Seperti tergambar dalam hadis Rasulullah :
Sebuah hadis diriwayatkan daripada Thauban r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama."
Maka para sahabat r.a. pun bertanya, "Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?"
Sabda Baginda SAW: "Bahkan masa itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak bererti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut."
Sahabat bertanya lagi, "Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?"
Jawab Rasulullah SAW, "Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn."
Sahabat bertanya lagi, "Apakah itu al-Wahn?"
Rasulullah SAW bersabda: "Cintakan dunia dan takut akan kematian."
Khilafah solusinya
Wahai kaum muslimin. Kita ini satu. Islam sebuah agama
yang paripurna mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengajarkan
ikatan yang sangat kuat yaitu aqidah islam. Muslim Rohingya, Palestina, Suriah,
Burma, Xinjian,Patani adalah saudara
seaqidah kita yang saat ini tertindas. Hanya
syariah dan khilafah yang akan menyelamatkan mereka semua tanpa ada sekat
nasionalisme dan etnik. Sudah terbukti
13 abad islam menjadi sebuah peradaban besar dunia yang menguasai 2/3 negara di
dunia bahkan akan melindungi kaum minoritas non islam dan berkedudukan sama.
Khilafah bukan suatu hal yang utopis. Khilafah merupakan janji Allah.
“Allah swt telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
dan beramal shalih diantara kalian bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka berkuasa
di muka bumi ini sebagaimana Dia pernah menjadikan orang-orang sebleum mereka
berkuasa “ (QS. An Nur: 55)
“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan
membela orang yang lemah ,baik laki-laki dan perempuan maupun anak-anak yang
berdoa , ‘ya tuhan kami keluarkanlah kami dari negeri ini (mekah) yang
penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisiMu , dan berilah kami
penolong dari sisimu (QS: An nisa : 75)
Saatnya kita menuntut ke pemerintah dunia muslim untuk
memberikan perlindungan kepada Muslim Rohingya. Sesungguhnya hanya khilafah
yang menerapkan islam sepenuhnya, yang akan menyelamatkan mereka sebagai warga negara yang setara dan memobilisasi tentara muslim untuk
melindungi darah mereka. Karena inilah sistem satu-satunya sistem yang menolak
nasionalisme, menyatukan negeri muslim dan memandang muslim sebagai seorang
muslim tanpa memang kebangsaan, etnik dan ras. Mari terus berjuang kawan,
saudara-saudara kita menanti uluran
perjuangan kita. Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat maka segera
bangkit dan istiqomah dalam medan dakwah ini.