Senin, 01 Februari 2016

Cinta dilangit lampung



#Last story.... 31/12/2015

Tepat akhir tahun alhamdulillah ada waktu rehat untuk sejenak menikmati sekaligus menatap alam dengan hamparan yang luas ciptaanNya di kota tetangga sebelah.
Planning dari teman teman media untuk berencana travelling akhirnya terkabul dalam waktu dan kondisi yang tepat. Namun bukan maksud latah  merayakan gempita akhir tahun tapi waktunya bertepatan pada waktu renggang setelah acara kongres. 

*keberangkatan
 Tepat pukul 08.30 kereta membawa perjalanan kami berenam. Hampir saja, si Widhia ketinggalan kereta api. Pasalnya dia miskom waktu dengan si ayah. Walhasil ia tergopoh goyoh saat detik detik kereta api berjalan. Hehe... alhamdulillah.. hayooo pak masinis kita jalan. Bismillah. 


“tut...tut....tut.........jreng........jreeng.................. tut...tut....tut.........jreng........jreeng..................”
Kereta membawa kami pergi meninggalkan sejenak Kota Ampera.  Eh... ternyata ada beberapa dari kami yang baru merasakan naik kereta api. Mereka terlihat excited dengan kondisi kereta yang menyenangkan daripada bis. Kalo saya sudah pernah merasakan sebelumnya namun dengan suasana ramai seperti ini  yang membuat suasananya berbeda dengan penuh kehangatan persaudaraan karena Allah. Ternyata  bahgaia itu sederhana. Cukup menginjakan kaki bersama orang orang tersayang, akan merasakan apa itu bahagia.
 Alhamdulillah, perjalanan menuju kota Lampung sungguh menyenangkan ditemani kereta api dengan pemandangan hijau yang membawa kami dari matahari belum terbit hingga disambut oleh terangnya sang bulan.  Kami disambut dengan begitu hangatnya oleh keluarga kecil ustd. Iman, Mb Nur dan si imut Nadiyah. Mb Nur yang baru beberapa bulan juga berkesempatan untuk hijrah ke Lampung. Beliau menjadi inspirasi saya untuk berdakwah, menjalani kehidupan, serta tak pernah mendengar sedikitpun kata keluhan dengan kondisi perjalanan hidup beliau pada awalnya. Serta musrifah yang cukup lama menemani saya untuk mencerdaskan pemikiran serta menuntun kejalan islam kaffah.

Tepat pukul 8.30 kami menginjak kaki di kota yang sangat terkenal dengan keripik pisang dan singkong ini.
Travelling dengan sesama yang belum pernah menuju kota ini penuh dengan H2C, Harapa harap cemas. Pasalnya melihat stasiun yang  kami harusnya berhenti hampir saja terlewatkan karena kondisinya tak ada pemberitahuan untuk turun dialamat mana, pun kami tak bisa melihat plang stasiunnya karena kegelapan sudah menutup malam.
Mungkin pemandangannya akan lebih berkesan ,seru, bahkan kalian akan terbahak bahak  saat kalian  menyaksikan kami saat pemberhentian di stasiunnya. Maklum pemandangan yang berbeda dari yang lain. Hahaaaha....
Terdengar Mbak Nur menelpon “hayooo... kalian TUURRUUN. Mb sudah didepan stasiun. Kalian  dimana? waktunya stop distasiun ini...hayooo” 

Dengan buru buru saat mendengar pemberitahuan  itu kami dengan secepat kilat   mengambil barang barang tas dan peralatan lainnya mencari pintu keluar.. tengok  kanan tengok kiri.. tak ada pintu yang bisa dibuka. Akhirnya ada petugas yang membantu kami dipintu sebelah kanan.  

Saat pintu terbuka ... begitu terkejutnya kami saat melihat pemandangan diluar... sambutan karpet merah dengan bunga sebagai ucapan selamat datang terhadap pelancong mungkin hanya sekedar disinetron saja.  Pemandangan yang kami lihat tak ada tangga untuk turun dari kereta menuju stasiun, jarak ketinggian hingga mencapai 1 meter lebih.  Kami dipaksa untuk turun diantara 2 kereta,kiri dan kanan. “oh.... ya Tuhan... masa akhwat dengan kerudung panjang dan jilbab  harus loncat loncat seperti ini. pikirku. Emang kagak ada tempat lain yang lebih bagus yah” pikirku.
“Hayooo nak cepat loncat dan turun, nanti kereta nya jalan”Salah satu penumpang mengingatkan kami untuk segera meloncat. 

“Bismillah.....Bruk...brukkk...brukk...bruk....brukk....brukkkk”
Akhirnya  tak ada pilihan lain untuk  loncat... kemudian naik batuan tinggi diantara kereta, turun lagi ... akhirnya setelah berjalan cukup jauh  alhamdulilah batang hidung mb Nur, Ustd Iman dan Si Imut Nadya sudah terlihat.  Dengan wajah yang sangat bersahabat mereka menyambut kami. Mungkin inilah yang dinamakan persaudaraan karena ikatan cinta aqidah. 

Kami sampe tertawa melihat kejadikan yang kami sendiri mengalami pengalaman baru nan lucu tersebut. Ternyata pengalaman kocak tak hanya sampai disitu,,, dari stasiun kami menuju mobil yg akan mengantarkan kami kekediaman mb Nur.. kendaraan yang kami naikin ternyara bukan taksi, bukan bis, bukan angkot, tapi tertulis Tertulis BASARNAS ( Search And Rescue ) disebuah mobil orange,  Owaaalh... ini benar benar pengamalan orang yang berusaha diamankan oleh tim SAR. ;)
mobil SAR yg akan membawa kami kerumah mb nur.. jadi lengkaplah serasa diselamatkan SAR ketempat penampungan., dari Palembang - Lampung. hehehe... Bukan sebuah kebetulan, dikarenakan Ustd. Iman emang kerja di BASARNAS jadi yah kami bisa dijadikan simulasi korban. xixixixiiii....
^______^

Suasana diLampung sungguh masih sangat natural. Alam nya masih sangat bersahabat.... bedah jauh dengan kondisi Palembang yang sudah tak terhitung dibabat para kapitalis. Bahkan sedikit sekali kami merasakan macet,, selebihnya lancar layaknya jalan tol. Hmm... berbeda halnya saat  palembang yang sudah seperti kota Jakarta. Macet hampir tiap waktu. Penduduknya pun juga ramah ramah. Apalagi saat dilampung kami bisa kopdar dengan mb Ridha Pane. Beliaulah yang menjadi guide kami untuk hunting selama diLampung. Seorang ibu muda yang juga bagian dari MNC dan juga pendidik di Khoiru ummah. Sehingga ngobrol sama beliau begitu garing layaknya kerupuk renyah,  langsung nyambung saat berceloteh. Baik cerita mengenai pergerakan dakwah, perkembangan media, sekolah maupun kekinian. Rasa ukhuwah pun dengan mudanya bisa mneyatu karena pemikiran,perasan dan peraturan telah berada di jalur yg sama. Layaknya bertemu teman lama yang sudah begitu lama memendam rindu.

Hhmmmm.................................. BEACH !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! We're coming....
Subhanallah.. akhirnya bisa menyaksikan pantai juga. Hehee... kampungan banget yah, maklum biasanya Cuma sungai yang terlihat.
Masya Allah.... luasnya pantai menandakan begitu maha besar Allah yang tiada batas penciptanya.
Angin pantai begitu menyenangkan. Alhamdulillah kami bisa mencari tempat duduk menatapi pantai dengan santai tepat penghujung tahun, tepat 31 Des 2015. Karena jika harus pergi tepat  1 jan 2016 tentunya tak akan bisa dapat lokasi.
==================================================

*Pantai mutun yang menyimpan kebersamaan kami yang masih dalam hitungan jam.
Terima kasih cinta...
Terima kasih Lampung...
Cinta  dilLangit Lampung.
Semoga Allah terus mengistiqomahkan kita.

Aku mencintaimu karena Allah wahai Saudariku.
Mb Nur, Mb Melyaza, Wahyuni, Mb Ridha ,Badriah,  Nisa, dan Widhia.
(Tak lengkap Tim media, Fitri, Marini dan Vera)


#edisiCapekNulis.
Banyak ide l namun jari ini  sepertinya dah lelah. ;)
1 Februari 2016