Rabu, 17 Juli 2013

Wahai saudara muslim, dimana kalian ?




( By : Hikari_Illahi)



Satu tahun penindasan di Rohingya
Mendengar kata Rohingnya, pasti terngiang beberapa kata-kata di otak kita seperti “muslim”, “minoritas”, “pembantaian”, betul?  

Myanmar, atau lebih dikenal dengan Burma ini memiliki populasi estimasi kurang lebih 66 juta penduduk di tahun 2010. 89% diantaranya memeluk agama Buddha, berikutnya 4% memeluk nasrani dan 4% berikutnya memeluk Islam. 

Satuk tahun berlalu sejak terjadinya kekerasan brutal oleh etnis Budha terhadap kaum muslim di negara bagian Rakhine, Myanmar, kaum perempuan dan anak-anak Rohingya masih terlunta-lunta, kelaparan,ketertindasan, tak berdaya dan terus menerus hidup dalam ketakutan. Mereka adalah korban kampanye sistematis pembantaian etnis yang kejam yang didukung oleh pemerintah kejam Myanmar.
Siksaan yang mereka alami benar-benar mengerikan. Seluruh desa telah dibakar. Dalam sebuah pembantaian, perempuan dan kanak-kanank dibacok sampai mati dan tubuh mereka dibakar. Perkosaan sistematis juga telah digunakan oleh pasukan keamanan Myanmar sebagai senjata penganiayaan kepada para perempuan. 

Puluhan ribu perempuan dan anak-anak Rohingya yang terusir dari rumah mereka sendiri, sekarang mereka tinggal di kamp-kamp penampungan kumuh yang lebih mirip penjara Myanmar dengan makanan dan perawatan medis yang jauh dari kata layak dan memadai. Mereka tidak punya negara lagi, status kewarganegaraan mereka tertolak dinegeri mereka sendiri oleh rezim kejam Myanmar yang telah mencabut mereka atas hak kesehatan, perlindungan, pendidikan,dan  kebebasan.  Di saat yang sama pula ,rezim laknatullah ini memperlakukan mereka dengan kebijakan jahat kontrol populasi yang melarang mereka memiliki lebih dari dua anak. 

Sesungguhnya penindasn etnik Rohingya di Myanmar bukan hanya isu kemanusiaan akan tetapi krisis politik yang memerlukan campur tangan semua pihak.  Akan tetapi  tak ada satu pun organisasi dunia yang menoleh kepada mereka. Mereka seakan-akan dibutakan oleh kekejaman yang sudah terjadi satu tahun ini. Mereka pura-pura tuli dengan jeritan minta tolong para anak-anak Rohingya yang dibunuh secara tidak manusiawi.
Ini membuktikan demokrasi yang dijunjung tinggi oleh negara-negara didunia termasuk Myanmar telah gagal menjamin etnik dinafikan sekian lama untuk melindungi wanita dan anak-anak muslim Rohingya. Kaum minoritas muslim yang tinggal di negara lain akan merasakan hal yang sama yaitu ketertindasan dan perlakuan kasar  sedangkan minoritas di negara muslim mereka diperlakukan sama tak ada perbedaan serta hak-hak mereka terjamin. Ini sungguh perbuatan sangat diskriminasi kepada minoritas muslim.
Dikatakan, peralihan ke arah demokratisasi di Myanmar ternyata pada hakikatnya bukan memunculkan proses demokratisasi yang tidak lagi terpatahkan, melainkan rasisme terparah yang pernah disaksikan umat manusia, dikatakan oleh seorang Cendikiawan Dr. Maung Zarni sebagai dosen tamu di Perguruan Tinggi London School of Economics di Inggris.

Demokrasi yang katanya meninggikan nilai HAM tidak akan berlaku untuk minoritas dinegara-negara kufur, lihat saja di Xinjian, China, muslim yang ada disana dilarang memakai fasilitas umum, contoh nya pada saat pengisian bensin, di Srilangka dan India yang minoritas muslim juga mengalami penindasan oleh biksu-biksu yang ada disana,meraka  melempari batu ke warga Muslim di jalanan. Beberapa di antara mereka juga menghancurkan toko pakaian yang dikelola oleh seorang warga Muslim.

Peran  dunia terhadap Rohingya
Meskipun dunia menyaksikan dengan jelas akan semua kondisi yang mengerikan ini, baik PBB ,negara-negara demokratik barat, media global ,opisisi demokratik Myanmar, dan bahkan banyak organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) dengan memalukan  telah memilih untuk mengabaikan pembantaian dan ketidakadilan ini, mereka lebih memilih untuk melindungi dan mengejar kepentingan ekonomi dan politik mereka di Myanmar. Mereka sama sekali tak menoleh apalagi bentuk kemanusiaan pun tak mereka lakukan untuk membebaskan muslim Rohingya yang terus dibantai. Ini memperlihatkan omong kosong demokrasi tentang hak asasi manusia yang dijunjung tinggi demokrasi.
PBB sebagai organisasi global yang melindungi hak asasi manusiapun telah gagal menyelesaiakan isu yang menyaksikan umat islam Rohingya yang terus ditindas dan dibunuh. Mereka seolah-oleh bungkam dengan kejadian yang tidak manusiawi ini. 

Lantas bagaimana respon negara-negara muslim yang lain?
Sementara negara muslim yang lain, mereka tak ada perlawanan bahkan turut serta membantu muslim Rohingya, hati nurani mereka sudah tertutup rapat, mereka mengabaikan wanita dan anak-anak Rohingya yang meminta-minta perlindungan mereka. Hampir seluruh negara-negara menolak orang-orang Rohingnya masuk kedalam wilayah mereka. Adapun yang mau menampung mereka, akan tetapi tetap dalam kondisi mereka tak memiliki kewarganegaraan dan tempat untuk berlindung yang layak.  Mereka hanya melakukan jalan dengan diplomatik yang tidak ada penyelesaiannya. Bahkan pemerintah Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar didunia hanya  menyayangkan apa yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar dengan kaum Budhanya  terhadapa muslim Rohingya.
Menurut fakta yang lebih ironis lagi bahkan memalukan, dari data REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR mengatakan bahwa Kasus pembantaian terhadap etnik Rohingya di Myanmar merupakan bentuk penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat memalukan komunitas ASEAN. Ini khususnya Indonesia yang kini dipercayai untuk mengetuainya.

"Seharusnya, Indonesia mampu menjalankan fungsinya sebagai salah satu pendiri ASEAN untuk mendesak ASEAN dan PBB menyelesaikan permasalahan yang dihadapi etnik Rohingya di Myanmar," kata Ketua Badan Perwakilan KNPI Malaysia, Sagir Alva, di Kuala Lumpur, Minggu.

Pemerintah  Indonesia seolah-olah bersikap terlihat tidak mau intervensi dalam kasus Muslim Rohingya. Padahal jika di suatu negara, termasuk di kawasan Asia Tenggara, terjadi tragedi kemanusiaan yang serius, pemerintah Indonesia selaku Ketua ASEAN dapat mengintervensinya.

Indonesia minimal mendorong ASEAN mendesak Myanmar menghentikan pembantaian Muslim Rohingya. Apalagi, ASEAN sudah memiliki Komisi HAM yang telah berdiri sejak tiga tahun lalu. Tapi ini sama sekali tak dilakukan karena pemerintah lebih takut dengan dampak ekonomi dan kerjasama yang telah dilakukan dengan pemerintahan Myanmar.
Pemerintah-pemerintah muslim telah dibutakan oleh nasionalisme. Hanya  perbedaan letak geografis  dan disekat oleh nasionalisme seolah-olah mereka tak ada hak untuk membantu saudara seakidah islam.  mereka dibutakan nasionalisme yang telah memecah belah dan mendehumanisasi kaum muslim, rezim ini telah menolak untuk berlindung dimana masyarakat Rohingya dapat memenuhi kebutuhan mereka secara bermartabat bahkan justru melihat mereka sebagai orang-orang dari bangsa asing bukan sebagai saudara sekidah islam. 

Nasionalisme menjadi akar masalah
Pada saat khilafah diruntuhkan oleh agen Inggris Mustafah Kemal At tatuk tahun 1924 yang lalu wilayah negara muslim telah tekotak-kotak menjadi 50 negara lebih dan disekat oleh nasionalisme menjadi perbedaan antar negara muslim. Pemikiran mereka sudah sangat individualisme, mereka memikirkan dan mempertahankan negara wilayah masing-masing dari pada menyatukan kembali dengan negara muslim yang lain. Bahkan tak sedikit antar negara muslim saling mengolok-olok dan saling bersengketa  antar negara yang tak sedikit menyebabkan kebencian antar saudara muslim sendiri.
Mereka seakan-akan lupa dengan hadis Muslim ,

“Perumpamaan orang-orang muslim dalam hal kasih sayang dan tolong menolong yang terjalin antar mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi, dengan tidak tidur dna demam. (HR.Muslim) 

Perasaan satu tubuh itu sudah hilang karena sekat nasionalisme yang menyebabkan mereka tak merasakan satu tubuh lagi. Kini tubuh kaum muslim sudah terpotong-potong dengan paham ini. Mereka tak merasakan sedih bahkan sakit ketika ada saudara muslim dinegara belahan sana yang sedang dalam cengkraman para laknatullah, Palestina yang sudah berpuluh tahun dalam kungkungan Israel, Suria yang sudah dua tahun lebih mengalami revolusi dan tak sedikit perempuan Suriah di perkosa oleh para tentara Basyar Assad, kini Rohingya yang sudah satu tahun dalam keadaan tak punya kewarganegaraan   dan hidup dalam ketertindasan, serta negara-negara muslim dibelahan dunia sana juga mengalami hal serupa. Negara muslim lain tak mau ikut campur dengan negara lain yang sedang bergejolak. Mereka lebih menjaga negara mereka sendiri.  Inilah yang terjadi dengan muslim dewasa ini. Seperti tergambar dalam hadis Rasulullah :

Sebuah hadis diriwayatkan daripada Thauban r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama."

Maka para sahabat r.a. pun bertanya, "Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?"

Sabda Baginda SAW: "Bahkan masa itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak bererti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut."

Sahabat bertanya lagi, "Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?"

Jawab Rasulullah SAW, "Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn."

Sahabat bertanya lagi, "Apakah itu al-Wahn?"

Rasulullah SAW bersabda: "Cintakan dunia dan takut akan kematian."

Khilafah solusinya
Wahai kaum muslimin. Kita ini satu. Islam sebuah agama yang paripurna mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengajarkan ikatan yang sangat kuat yaitu aqidah islam. Muslim Rohingya, Palestina, Suriah, Burma, Xinjian,Patani  adalah saudara seaqidah  kita yang saat ini tertindas. Hanya syariah dan khilafah yang akan menyelamatkan mereka semua tanpa ada sekat nasionalisme dan etnik.  Sudah terbukti 13 abad islam menjadi sebuah peradaban besar dunia yang menguasai 2/3 negara di dunia bahkan akan melindungi kaum minoritas non islam dan berkedudukan sama. Khilafah bukan suatu hal yang utopis. Khilafah merupakan janji Allah. 

“Allah swt telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih diantara kalian bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaimana Dia pernah menjadikan orang-orang sebleum mereka berkuasa “ (QS. An Nur: 55)

“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang yang lemah ,baik laki-laki dan perempuan maupun anak-anak yang berdoa , ‘ya tuhan kami keluarkanlah kami dari negeri ini (mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisiMu , dan berilah kami penolong dari sisimu (QS: An nisa : 75)  

Saatnya kita menuntut ke pemerintah dunia muslim untuk memberikan perlindungan kepada Muslim Rohingya. Sesungguhnya hanya khilafah yang menerapkan islam sepenuhnya, yang akan menyelamatkan mereka  sebagai warga negara yang  setara dan memobilisasi tentara muslim untuk melindungi darah mereka. Karena inilah sistem satu-satunya sistem yang menolak nasionalisme, menyatukan negeri muslim dan memandang muslim sebagai seorang muslim tanpa memang kebangsaan, etnik dan ras. Mari terus berjuang kawan, saudara-saudara  kita menanti uluran perjuangan kita. Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat maka segera bangkit dan istiqomah dalam medan dakwah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar