Setiap
akhir tahunnya yaitu memasuki bulan Desember muncul sebuah makna toleransi
agama secara berjamaah, khususnya toleransi dalam penyambutan hari besar
Nasrani yaitu perayaan natal. Hampir semua tempat umum mulai dari pusat kota, tempat perbelanjaan, tokoh buku,
supermarket disulap layaknya tempat peribadatan mereka. Aksesoris natal sangat
dominan disudut sudut tempat, mulai dari lonceng, gambar gambar, pohon natal,
bahkan tak ketinggalan para pelayan tokoh serta pegawai mengenakan atribut atribut natal, mulai dari topi santa
sampai orang yang layaknya santa claus. Pengunjung di tokoh tokoh dipaksakan mendengar lagu lagu
rohani yang sengaja diputar disetiap tempat. Tak hanya sebatas itu saja
perayaan acara natal bersama pun digelar secara umum mulai dari instansi maupun
tingkat pemerintahan.
Motif di balik Perayaan
Indonesia
dengan
kependudukan muslim mencapai 88% atau 210 juta orang. Namun kenapa justru
setiap perayaan hari raya agama nasrani lebih dominan dan terlihat glamour
dalam perayaannya?
Banyak motif yang terjadi dibalik perayaan natal. Misalnya saja motif
ekonomi dengan perayaan secara besar besaran seprti itu para pembisnis yang
menjual produk natal dimana saja mampu meraup keuntungan yang melimpah
khususnya dinegeri muslim ini. Dalam
perayaan natal mereka mengundang penguasa dan para pejabat untuk menghadiri
perayaan tersebut. Mereka tak menghiraukan apakah yang diundang nonmuslim
ataupun muslim.
Momentul perayaan natal juga dijadikan untuk menanamkan ide sinkretisme
dan pluralisme. Ide sinkretisme yaitu
pencampuradukan ajaran agama agama. Dalam hal ini konteks natal dan tahun baru dengan ide ini tampak terlihat bagaimana
mereka menyerukan agar masyarakat berpartisipasi untuk merayakan natal dan
tahun baru. Termasuk mengucapkan selamat natal dan tahun baru. Padahal dalam islam terdapat batasan-batasan
dan aturan yang menyangkut keimanan dan
kekafiran bukan justru bebas tanpa batas.
Begitupun dengan pluralisme, Ide
ini mengajarkan bahwa beranggapan semua agama itu sama dan semua agama benar.
Khususnya dalam perayaan natal para muslim didorong untuk menerima kebenaran
bahwa ajaran kristen itu benar dengan konsep trinitasnya yang mengatakan bahwa
Yesus itu adalah anah Tuhan. Akibatnya akidah umat menjadi tergadaikan.
Toleransi yang kebablasan
Islam menganggap bahwa toleransi (tasamuh) adalah
membiarkan suatu agama tertentu melakukan perayaan agama mereka bukan justru
ikut serta perayaan. Toleransi artinya
sikap membiarkan (menghargai),lapang dada (kamus Al Munawir,hlm. 702, Pustaka
Progresif,cet 14).
Fakta dilapangan justru sebaliknya khususny di
negara ini yang dikatakan bahwa Indonesia mayoritas muslim. Banyak tokoh
menyebut bahwa tidak ada negara muslim di dunia
yang paling toleran dalam perayaan agama kecuali Indonesia. Kaum
minoritas mendapat perlindungan dan kebebasan untuk melakukan apapun yang
mereka inginkan. Deretan pemimpin dari golongan minoritas saat ini berhasil
menduduki jabatan penting, mulai dari panglima, TNI, menteri, gubernur,
walikota, dan jabatan lainnya. Bahkan untuk perayaan perayaan hari besar
nasrani maupun agama tertentu dijadikan libur nasional. Sebaliknya dinegara
yang melahirkan konsep demokrasi serta kebebasan yaitu di Eropa dan Amerika
justru minoritas muslim tidak mendapat tempat kebebasan dalam beribadah, pun
mengenakan atribut seperti mengenakan kerudung bagi wanita
di Prancis saat ini pun masih dilarang.
Islam Toleransi
Toleransi dalam islam yaitu membiarkan umat lain
menjalankan ritual agamanya, termasuk perayaan
bukan memaksakan umat lain kepada islam atau sebaliknya.
Rasulullah saw. sebagai teladan kita juga mencontohkan
bagaimana beliau melakukan sikap toleransi kepada non muslim. Rasulullah
menjenguk orang non muslim yang sedang sakit, Rasulullah berbuat baik kepada
mereka, serta Rasulullah tidak pernah membeda bedakan muslim dan non muslim. Perlakuan
Rasul ketika menjadi pemimpin negara islam dilakukan dengan adil. Bahkan toleransi islam
yang tercatat dalam sejarah khilafah Ustmaniyah. TM Arnold dalam bukunya, “The
Preaching of islam, menyatakan
“Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintah Ottoman (khilafah
Turki Usmani) selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani-telah memberikan
contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal didaratan Eropa...”
Dalam firman Allah juga dikatakan
“...Untuk
kalian agama kaliand an untukku agamaku (QS. 109 : 6)
Dari ayat ini jelas, umat islam haram untuk terlibat
dalam peribadatan pemeluk agama lain. Umat islam juga haram merayakan hari raya
agama lain, bagaimana pun bentuknya walau hanya sekedar mengucapkan ataupun mengunjungi
perayaan tersebut. Begitupun dengan
atribut natal yang merupakan bagian dari perayaan. Mengenakan atribut tersebut
juga berarti menyerupai mereka. Rasulullah telah melarang perbuatan tersebut :
“Siapa
saja yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka “(HR. Abu Dawud dan
Ahmad).
Kondisi saat ini umat sungguh tak terjaga dari sisi
aqidah maupun aturan kehidupan kehidupan. Umat pun berada dalam kondisi
terjebak oleh sistem kebebasan yang justru tidak dibenarkan bahkan diharamkan
dalam islam. Sudah saatnya umat membutuhkan pemimpin yang berfungsi sebagai
perisai dan penjaga dari berbagai ide dan sistem yang bukan lahir dari islam.
Hanya dengan perjuangan melanjutkan kehidupan islam yaitu penegakkan syariah
islam secara paripurna dan khilafah akan menyelamatkan umat dan menyatukan
negara negara muslim yang tersekat.
Wallahu a’lam bi shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar