Kamis, 29 Desember 2011

Bumi Cinta Ibu



Oleh : Fakhrun Nisa hafeeza
Bumi Cintanya,
27 Desember 2011

Menjumpai hembusan mawar,
Separuh belahan jiwa yang telah pergi

Dimana aku bersandung tentang  dukamu. Sekedar pengharapanku agar kau tahu. Setulus kewajibanku seorang anak. Membingkai kenangan kita. Butiran-butiran kenangan perjalanan waktu. Waktu yang selalu ku ingat dalam sentuhan wejanganmu. Di ujung pintu rumahku berlalu. Menahan pilu tentang kehilangan dirimu duhai ibu (kepiluhan seoranganak 14 tahun silam, jeritan hati yang tersayat melalui syair Thufail).

Assalammualaikum Wr Wb

Dear, mom

Alhamdulilah senang sekali rasanya aku bisa merangkai rumput-rumputku untuk menyapa ibu tercinta dalam lukisan di sehelai kertas putih ini. Tentunya dalam setiap taqqorubku kepada Sang Rahman dan Muddabir tak pernah absen untuk terus mengirimkan seikat mawar merah berupa lantunan doa-doa untukmu ibuku.

Aku ingin berceloteh kepadamu dalam momen ini ibuuu. Mengenai perasaan yang kurasakan sekarang. Terkadang lelah dalam tapakan perjalanan ini. aku merasakan tercabik untuk terus mengitari fatamorgana dunia yang semakin lama terlihat seperti panggung sandiwara dunia oleh orang-orang yang sombong dengan hiasan materi gemerlap, padahal itu hanya seutas asa yang percuma untuk dikejar, utopis. Lelah…perih… terasa tamparan dunia menampari pipiku. Ingin rasanya saat itu juga aku ingin berlari ke pangkuan hangatmu. Aku ingin ada yang menceritakan akar permasalahan yang tengah terlihat dari kornea mataku, beranta logika yang sering berputar dalam cerebrum. Aku sungguh berharap ibu ingin menceritakan padaku apa yang terjadi dengan dunia saat ini. tapi hal itu tak ku temukan suara atas jawabanmu ibu…
Hanya terlihat senyum manismu disinggasana. Aku merasakan suatu hal yang beda. Aku menemukan jawaban itu dari senyummu.

“sabar Nak, inilah kehidupan  dunia yang Allah berikan untuk para hambaNya. Hanya hambahNya yang bersyukur saja yang bisa melihat permasalahan ini. wahai anakku dunia hanya sebuah perhiasaan, yang didalamnya terdapat tangga  kehidupan yang mesti kita lewati. Jalan itu sungguh berliku, semak-semak, duri tajam menghadang, lumpur yang siap menjebak, hewan buas yang siap menerkam. Jalan itu yang mesti kau lewati. Kau jangan ikut dalam larut kesenangan itu anakku. Itu hanya fatamorgana, utopis kehidupan !! ingat Nak, jangan sampai kau keluar dari syariat islam yang telah Allah gariskan kepada manusia. Kelak kau akan senang di kehidupan kini dan akhirat kelak, jika pondasi itu yang selalu kau tegakkan. Insya Allah ibu akan menunggumu disini. Di kehidupan akhirat kekal yang telah Allah gariskan untuk orang-orang yang bersyukur”


Kata-kata itu yang bisa ku terka dari album kita saat masih bersama ibu. Album itu akan selalu ku buka ketika aku merasakan kesendirian dalam lamunanku. Walaupun jasadmu tak bisa ku lihat , tapi wejenganmu selalu melekat dalam sanubariku. Ku persembahkan kata cinta untukmu, ibu.

“genggaman tangan lembut mu yang membawa tubuh mungilku kedunia fana ini

tak kan bisa ku lupakan album indah itu. beribu2 kata indah yang tak mampu lagi ku ucapkan untukmu
tapi hati ini selalu teduh ketika mengenangmu
tak kala kau bangga melihat anakmu kini

anakmu yang tertatih2 untuk berdiri diantara duri tajam menerkam
ombak ganas mengitari kehidupan
deburan pasir yang menyelimuti hati 
disaat kau tak ada lagi disisiku, ketika ku mulai tahu untuk apa aku dilahirkan


aku tau ibu kau terus memantau ku dari singgah sanamu 
mencoba membuat ku tegar, terus berdiri ketika ku tak mampu berdiri 
seperti kau pertama kali mengajariku untuk menapaki bumi, 
kau begitu sabar menuntunku.

dan kini aku harus menapaki jalanku seorang diri.

dari hati seorang anak berumur 6 tahun aku benar-benar tak sanggup ibu
melepas diri dari pangkuan hangatmu.

kau tega ibu membiarkanku 

 kini ku sudah mengerti ibu... 
aku telah menemukan jalan hidupku
meskipun susah payah aku berjalan tanpa lambaian tanganmu

aku janji ibu anakmu ini akan selalu bisa membuat ibu bangga melahirkanku.”


Ibu, walaupun sejarah kebersamaan kita sudah lekat oleh waktu. Bagiku kau selalu ada menemaniku. Bagiku kau selalu ada dalam tengah-tengah kesedihanku begitupun kesenangan ketika ku menyapa. Dalam bait-bait kata ini aku ingin mengatakan  ^ I do love You mom, you’re my ange.From the beginning.mom is thereto clean sticky fingers, wipe away tears, and kiss away.boo~boos. through the years,she softens life's inevitable blows and sheds her light of kindness, along life's pathway.
Thank You Mom.

Ibu, thank you so much untuk semua yang telah ibu berikan kepadaku. Walaupun belaian hangatmu hanya enam tahun kau berikan untukku. maafkan aku yang masih belum bisa membuatmu tersenyum disana. Aku berjanji pada diriku , aku akan buat ibu bangga telah melahirkanku, merangkak ke dunia. Hanya mohon ridho dan doa yang selalu ku untaikan dalam gerimis dihatiku  agar Allah senantiasa menjagamu disana dan insya Allah jannah menjadi tempat peristirahatanmu.

Ya Rahman , ku titip ibunda tersayang. Dialah malaikatku. Tempatkan dia bersama orang-orang  yang senantiasa cinta Kepada jalan cintamu duhai Rabb dan pertemukanlah kami kelak dalam permadaniMu. Amin

Pada lautan air mata aku belajar.
Untuk kepedihan  yang mendidikku agar tak gentar.
Bertahan menjadi akar dan bersemai pada keteguhan yang mekar
Begitulah sejarah menuntut kita untuk  melangkah kembali, meniti tangga hari, berdiri dan
Bangkit untuk kemudian  berlari..

Walaikumsalam Wr Wb



With Love,
Fakhrun Nisa Hafeeza 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar